Minggu, 06 November 2016

FILSAFAT AWAL DAN AKHIR ZAMAN

Kajian filsafat merupakan pola pikir yang memiliki objek yang ada dan yang mungkin ada yang terletak di dalam pikiran atau di luar pikiran manusia.  Objek tersebut masing-masing mempunyai sifat. Problem filsafat ada dua yaitu pertama bagaimana menjelaskan apa yang ada di dalam pikiran, sebenar-benar diri kita tidak ada yang mampu menjelaskan apa yang ada di dalam pikiran, hanya dipersepsikan sama dengan ikiran orang lain padahal belum selesai. Persoalan kedua ialah bagaimana saya mengerti obyek filsafat yang ada di luar pikiran. Beberapa sifat yang ada di dalam pikiran yaitu bersifat idealisme (Plato), tetap (Permenides), logiscisme, rasionalisme (Rene Des Cartes), naik sedikit merupakan prinsip berarti bersifat identitas yang berarti A=A, transenden, absolutisme, naik lagi menjadi spiritualisme yang hakekatnya hanya satu yaitu monoisme (kuasa Tuhan), dunia pikir, hati, akhirat yang merupakan dunia yang tunggal menyatu kepada kuasanya dalam ridhonya (dunia pikir, hati akhirat merupakan causa prima yaitu sebab utama dan sebab pertama yaitu Tuhan), analitik (konsisten), kebenarannya bersifat koheren, aposteriori dan apriori (paham walau hanya melalui logika) yang merupakan pekerjaan ilmu murni termasuk matematika murni bersifat apriori, (yang penting konsisten, identitas, awal akhir menjadi ilmu bersifat apriori), kontradiksi dalam matematika merupakan ketidakkonsistenan
Beberapa sifat yang berada di luar pikiran yaitu bersifat realis (Aristoteles), berubah (Heraclitos), empirisisme (Dhume), bayangan, dunia persepsi (panca indera), kenyataan pengalaman yang bersifat kontradiksi dimana AA dalam ruang dan waktu, plural dimana hakekat dunia adalah hakekat yang plural, kenyataan bersifat sintetik (kontradiksi, cocok dengan persepsi), menghasilkan filsafat korespondensialisme, pengalaman bersifat aposteriori (paham setelah melihat, mengamati). Filsafat tergantung dimana obyeknya dan sifatnya seperti apa. Filsafat itu mengalir hidup. Semua yang dilihat adalah bayangan dari pikiran. Semua yang bisa dipersepsi adalah bayangan daripada pikiran. Hidup setiap saat naik turun, berhermenetika antara pikiran, hati, doa dan pengalaman.
Identitas itu terbebas oleh ruang dan waktu, 4 sama dengan 4 hanya terjadi di dalam fikiran. Tetapi jika sudah di ucapkan maka munculah perbedaan antara 4 yang pertama dan 4 yang kedua yang menjadi realis dan kontradiksi hukumnya. Kontradiksi dalam konteks ini berbeda dengan kontradiksi pada matematika. Sebenar benar hidup ini adalah kontradiksi, tetapi tetap saja bukan kontradiksinya matematika. Jadi di dunia ini tidak akan pernah ada aku sama dengan aku. Maka yang hanya memiliki sifat identitas itu adalah Tuhan. Karena pada dasaranya diri kita pun selalu berubah dalam dunia ini, bisa berkembang bisa juga meluruh atau satu sisi bertambah satu sisi bisa berkurang. Setiap detik selalu terjadi perubahan, seperti teori Heraditos. Sehingga dapat dikatakan bahwa dunia itu berubah, meskipun dunia itu tetap. Jika kita berfilsafat kita maka kita bisa melihat apa yang akan tetap dan apa yang akan berubah.
Penjelasan diatas merupakan abad gelap dalam filsafat. Ketika abad gelap sampai abad ke 13, di Eropa tidak diperbolehkan seorangpun mengklaim kebenaran kecuali atas restu gereja, barang siapa berani menentang dianggap melawan gereja dan harus dihukum. Tokoh-tokoh yang menyuarakan kebenaran atas diri seniri tidak meminta restu gereja akan dikejar dan dibunuh. Apapun yang ada dan mungkin ada di dunia ini yang berupa kebenaran harus melalui gereja pada abad gelap.
            Tetapi dengan adanya Revolusi Copernicus yang membuat buku yang berisi pertentangan-pertentangan. Alam semesta memiliki bumi sebagai pusatnya. Buku Copernicus bertentangan dari geosentris menjadi heliosentris, dimana bukan alam semesta mengelilingi bumi, tetapi bumi, bulan, planet bersama mengelilingi matahari yang berpusat pada matahari bukan bumi. Semua ilmu pengetahuan yang dibuat hingga sekarang mengikuti kebenaran yang dibuat oleh Copernicus.
            Selanjutnya, setelah Revolusi Copernicus muncullah abad terang dimana terdapat padangan rasionalisme dengan tokoh Rene Des Cartes mengatakan tiada ilmu jika tiada rasio, sedangkan kenyataan dalam filsafat yang berdasarkan kontradiksi menurut Immanuel Kant, selanjutnya melahirkan empirisisme dengan tokoh David Hume yang mengatakan tiada ilmu jika tiada pengalaman.
Abad modern terjadi setelah munculnya Immanuel Kant (1671) melalui buku-bukunya. Immanuel kant mengkritik sekaligus mendamaikan Rene Des Cartes dan David Hume, dimana Rene Des Cartes terlalu mengagung-angungkan rasio tetapi mengabaikan pengalaman, dan David Hume terlalu mengagungkan pengalaman tetapi mengabaikan rasio. Immanuel Kant mengambil solusi dari rasionalisme yang sifatnya adalah analitik apriori, kemudian dari pengalaman yang bersifat sintetik aposteriori, maka Immanuel Kant mengambil apriori dari rasionalisme dan sintetik dari pengalaman. Sebenar-benar ilmu menurut Immanuel Kant adalah sintetik apriori. Ilmu terus berkembang di dalam pikiran bersifat formalisme, dalam matematika tokohnya Hilbert melahirkan Hilbertianisme ilmu-ilmu dasar dan ilmu-ilmu bidang. Kemudian terdapat ilmu-ilmu humaniora yang berada di dalam pikiran, yang seharunya ilmu humaniora (Geisterweissaften) ini terdapat diluar pikiran manusia awalnya. Sedang di luar pikiran terdapat ilmu natural (Naturaweisensaften) pada titik ini munculah tokoh Aguste Comte (1857).
Agama  menurut Aguste Comte adalah sesuatu yang tidak logis, sehingga untuk membangun dunia kedudukan agama diletakkan paling bawah. Agama dijadikan sebagai sebuah tradisi saja bagi yang sudah menjalankan atau meyakininya. Kemudian Aguste Comte meletakkan filsafat setelah agama dan paling atas adalah positifisme atau saintifik.  Sudah digariskan pada abad ke-19 (1857) oleh Aguste Comte yang menciptakan buku mengenai Positivisme dalam membangun dunia, jangan menggunakan agama karena agama sifatnya tidak logis.
Jika berbicara mengenai awal dan akhir jaman maka kembali melihat bahwa hal tersebut memiliki struktur, meninjau berstruktur pada level mana posisi awal dan akhir jaman tersebut. Jika berdasarkan common sense maka awal akhir jaman adalah waktu dimana manusia belum diciptakan, sampai diciptakannya nabi Adam. Sedangkan akhir jaman merupakan waktu datangnya kiamat. Tapi karena hal ini adalah bagian dari filsafat yang bersifat relative, awal akhir jaman merupakan rentangan waktu. Bagaimana mengetahui rentangan waktu tersebut tergantung dari  mana konteks waktu itu sendiri. Agama islam berada pada abad ke 5 setelah masehi. Sehingga sebelum mencapai waktu itu, tidak ada filsuf islam. Namun kenyataannya filsafat itu sendiri sudah menjelajah sampai keadaan dan waktu sebelum masehi yang tentumya belum mengenal tentang agama.
Sedang di negara Indonesia, menyusun kedudukan dimulai dari material, formal, normative hingga spiritual yang dilewati saja oleh dunia hingga pada akhirnya muncul fenomena kontemporer. Fenomena kontemporer meletakkan archaic pada posisi bawah, kemudian tribal, tradisional. Melalui Power Now pada kontemporer semua agama masuk pada area tradisional tidak boleh lebih karena kedudukan selanjutnya terdapat feodal, modern, pra modern, dan kemudia pada akhirnya menuju pada fenomena kontemporer (Power Now). Para penganut fenomena kontemporer mempelajari agama tidak dari timur tengah, melainkan dari wilayah yang lebih jauh. Salah satu tokohnya adalah Stephen Howking yang mengatakan bahwa penciptaan alam semesta itu tidak berkaitan dengan Tuhan. Kondisi tersebut didukung dengan pilar-pilar seperti: Kapitalisme, Pragmatisme, Materailisme, Utilitarisme, Liberalisme, dan Hedonisme.
            Setiap hari, setiap waktu Indonesia yang kokoh dengan spiritualisme akan kalah karena diserang habis-habisan. Alat yang digunakan oleh mereka dalam menyerang adalah penciptaan sesuatu yang modern dan canggih. Faktanya pada saat ini, kehidupan kita adalah kehidupan dengan dunia kontemporer karena Indonesia bergantung pada fenomena kontemprorer dikarenakan Indonesia belum bisa mandiri dalam segala bidang. Sehingga terjadi residu, jika digambarkan kita seperti seekor ikan di laut selatan untuk menemukan mana air yang bersih yang tidak terkena polutan. Belajar filsafat seperti seekor ikan kecil di laut selatan yang ingin mngidentifikasi dari mana sumber air yang ada dilaut. Jika diteruskan munculah semua filsafat dan tergantung bagaimana objel pola pikir dikembangkan. Kemudian setelah belajar filsafat maka munculah ideology, paradigma, teori, model, notion, semboyan, dan stigma. Semuanya yang berada didalam pikiran menjadi sebuah prinsip yang dijadikan resep hidup, sedangkan semuanya jika berada diluar pikiran akan menjadi bayangan. Sangat hebat jika seekor ikan yang berada pada diluar pikiran keluar sampai menuju prinsip yang terdapat di dalam pikiran.




           



FILSAFAT ILMU PERTEMUAN 7

FILSAFAT ILMU (24 Oktober 2016)
Menurut kaca mata filsafat, genius dalam membangun diri adalah membangun apa yang ada dan yang mungkin ada. Semua yang ada berstruktur berhirarki. Struktur yang paling sederhana dari yang ada adalah wadah dan isi. Ternyata semua isi adalah wadah dan semua wadah adalah isi. Tetapi tidak ada satu pun wadah sama dengan isi. Hanya benar apabila ada di dalam pikiran, ideal di akhirat atau kuasa Tuhan. Maka sebenar-benar yang mampu sama dengan namaNya adalah Tuhan itu sendiri. Maka ternyata segala yang ada dan mungkin ada itu bisa dimengerti dalam ruang dan waktu. Maka dapat disimpulkan semua yang ada dan mungkin ada tidak lain tidak bukan adalah ruang. Dan ternyata semua yang ada dan mungkin ada tidak lain tidak bukan adalah waktu. Einstein bisa memanipulasi ruang dan waktu untuk memperoleh rumus kecepatan memperoleh nuklir. Membuat kiamat juga sangat mudah bagi Tuhan, hanya dengan membuat goncangan di muka bumi sehingga tidak ada ruang dan waktu sehingga terjadilah kiamat. Maka sebenar-benar hidup kodratnya seperti yang dicontohkan Tuhan seperti bumi mengelilingi matahari. Bersesuaian dengan fenomena siklik (berputar) dan liner. Hidup adalah diriku yang berstruktur berhirarki ,waktu mengikuti timeline nya yang sekarang dan akan datang yang berstruktur dan berhirarki, berdimensi sesuai dengan ruang dan waktunya. Dunia ini adalah mengenai apa saja yang kita pikirka karena apa yang kita lihat adalah bayangan dari diri kita.
Bagaimana memulai untuk ada adalah intuisi. Sehingga 99 persen hidup kita adalah intuisi. Ciri-ciri adanya intuisi adalah mengerti tetapi tidak ingat kapan dan dimana.Sebenar-benar hidup adalah intuisi dan yang paling besar adalah intuisi ruang dan waktu. Sebenar –benarnya mengenai apa yang ada dan yang mungkin ada adalah intuisi. Sehingga keseluruhan hidup ini merupakan intuisi. Manusia bisa kehilangan intuisinya saat tidur yang kemudian hanya melewati mimpi. Bagaimana menyesuaikan diri dengan lingkungan yang asing bagi kita.Semua yang ada berstruktur dan berhirarki termasuk apapun yang kita sebut dalah segala aspek kehidupan.
Antara filsafat dan agama kedudukannya tidak hanya dilihat dari bentuk formalitasnya saja (aturan yang tertulis) tetapi dari metafisiknya juga. Metafisik tidak sekedar sama tetapi menggunkan bahasa analog. Essensi agama itu sendiri adalah berdoa, agama apapun itu.Sehingga kita menentukan metafisik dari pengalaman masing masing.

Terdapat dua buah sifat identitas atau kontradiksi.Identitas terjadi di dalam pikiran, di dalam hati dan kuasa Tuhan. Namun jika itu merupakan urusan dunia, tiadalah subjek sama dengan predikat, maka 2 = 2 hanya berlaku dalam pikiran dan hati. Tetapi jika sudah turun ke dunia menjadi sebuah tulisan maka 2 kiri lain dengan 2 kanan. Di dunia tidak ada yang bersifat sama, maka inilah kontradiksi. Kontradiksi dalam filsafat berbeda dengan kontradiksi dalam matematika. Kontradiksi dalam filsafat bahwa subjek tidak sama dengan predikat. Tetapi kalau kontradiksi matematika tidak konsisten.Jadi itulah prinsip/hukum dunia.Dunia hanya ada dua hukum yaitu hukum tataran identitas dsn hukum kontradiksi.
Terdapat perbedaan antara fondamentalis dengan fondasionalisme.Fondamentalis dilihat dari sisi politik, sedangkan fondasionalisme dilihat berdasarkan sisi filsafat.Berbagai macam fondamentalis diraih engan berbagai macam cara seperti kesepakatan, definisi maupun pengandaian. Segala sesuatu yang tidak menggunakan fondamen disebut anti fondasionalisme.Matematika murni termasuk fondasionalisme.Hidup itu separuh fondasionalisme dan separuh anti fondasionalisme.Hidup ini juga ada fondamen dan bukan fondamen, bukan fondamen sendiri merupakan intuisionaisme. Teroris merupakan keadaan anarki antara sekompok orang yang satu terhadap kelompok orang yang lain karena ketidakadilan, ketidakseimbangan antara hidup satu dengan yang lain. Anarki berstruktur berhirarki.Jika diturunkan terdapat anarki dalam diri yang disebut komplikasi.Anarki dalam agama berakibat menghujat, memisahkan agama dan lain sebagainya.Anarki dalam pikiran disebut kontradiksi di dalam pikiran.Anarki dalam pikiran juga dinamakan sintesis.Tetapi jangan sampai anarki didalam hati. Jadi, semangat dalam berfilsafat adalah intensi sedalam-dalamnya dan ekstensi seluas-luasnya.
Tidak pasti itu ragu-ragu.Ragu-ragu itu skeptis.Skeptisisme sudah ada di zaman yunani kemudian dilanjutkan pada zaman Rene De Cartes.Seorang Rene De Cartes sampai meragukan adanya Tuhan. Tuhan pun tidak bisa ia percaya untuk menjawab apakai ia mimpi atau tidak. De Cartes ingin mecari sebuah kepastian. Setelah membantah segala argumen, ada satu hal yang tidak bisa dibantah yaitu kenyataan bahwa sesungguhnya ia sedang bertanya.Itulah kepastian akhir, saya ada karena saya sedang bertanya sehingga muncul Togitoergozoudalam filsafat disebut skeptisisme (meragukan) berkembang mengalir menuju saintisisme yang dipengaruhi oleh skeptisisme. Sekarang tinggal kita melihat perkembangan, jika masih tidak mempercayai semua yang kita lhat, maka kita akan kembal ke zaman Rene De Cartes;
Mandiri sebagai genusnya adalah yang ada dan yang mungkin ada.Mandiri dalam jumlah kuantitasnya, lihat dari kategori berpikir.Mandiri adalah kategori berpikir.Dalam psikologi mandiri adalah gejala jiwa.Diturunkan ke sosial adalah fenomena sosial.  Mandiri ketika tidak bisa diwakilkan.Maka hubungan manusia dengan Tuhan bersifat mandiri.Mandiri juga berstruktur berhirarki.Tergantung pemaknaan terhadap kata mandiri itu.Mandiri juga sebagai struktur yang punya pengertian otonomi.Sebenar-benar otonom genusnya adalah potensi fatal dan vital.Fatal kodratnya, vital idealnya. Masing-masing punya tingkat daya otonominya masing-masing. Jadi kalau begitu cari saja bayangan daripada ide bayangan daripada filsafat yang kemudian digunakan untuk diterapkan.
Jadi manusia itu suatu struktur kehidupan yang berstruktur dan berhirarki yang berjalan menurut ruang dan waktu serta yang menggunakan fenomena linear dan siklik.Orang barat mengatakannya sebagai hermenetika sedang orang timur mengatakannya sebagai silahturahim. Karena manusia hidup, maka manusia bersilahturahim, maka semangat maupun tidak semangat asal usulnya dari silahturahim Hal tersebut jika ditelusuri lagi pada metafisiknya maka akan ditemukan titik awal mulanya yaitu mengenai fatal dan atau vital.Jika kita mempunyai rasa semangat, maka di dalam rasa semangat tersebut terdapat unsur fatal yang menjadi kodratnya untuk muncul dan ada.Selain itu munculnya rasa semangat juga dipengaruhi oleh keadaan ikhtiar seseorang yang berinteraksi dengan fatalnya yang kemudian berakhir pada suatu keadaan, maka semangat pun berstruktur dan berhirarki.Semangat muncul dimulai dari setiap unsur kehidupan baik semangat yang ada maupun yang mungkin ada.Kemudian bertemu dengan etik dan estetika, dimana etik mengenai baik dan buruk sedangkan estetika mengenai keindahan menjadi semangat untuk yang baik dan indah.
Tiadalah sebenar-benar orang mampu menggapai diri kecuali hanya berusaha.Karena sebenar-benar yang menggapai diri itu adalah absolutely, dan semua yang absolute adalah kuasa Tuhan.Tiada sebenar-benarnya orang mengerti kecuali hanya berusaha.Tiada sebenar-benarnya orang bahagia kecuali hanya berusaha demikian seterusnya.Karena sekali lagi semua yang serba absolute adalah milik Tuhan.
Pada elegi menjunjung langit, sebagian besar gagal dalam lomba menjunjung langit karena kesombongannya.Bagaimana mengatasi hal tersebut?Karena orang tua berambut putih sebagai pelaksana lomba juga gagal karena kesombongan yang tidak disadarinya?
Sudah menjadi budaya di dalam masyarakat bahwa berlaku sombong itu memang adanya hanya merugikan kecuali untuk level dan kondisi tertentu dimana kesombongan harus dilawan dengan kesombongan. Namun, untuk melakukannya perlu cara dan pengertian (pengetahuan) yang spesifik. Hal ini menunjukkan bahwa jika kita ingin belajar, membangun hidup, dan sebagainnya janganlah berlaku sombong di muka dunia.Sombong juga berstruktur dan berhirarki.
Jadi objek formal merupakan metodenya ataupun isinya, sedangkan objek material merupakan objeknya atau wadahnya.Hal ini berlaku pada semua aspek kehidupan.Maka dalam filsafat objek formalnya adalah metodenya, begitu juga pada Pendidikan Matematika yang objek materialnya adalah materinya sedangkan objek formalnya juga merupakan metodenya.Tiada materi jika tidak ada metode begitu pula sebaliknya.Bagaimana Strukturalisme Matematika?
Sepanjang sesuatu memiliki –ism maka sesuatu itu mengalir, memiliki tokoh, memiliki objek, memiliki strukturnya, dan memiliki metode atau alat.Maka filsafat itu alatnya adalah bahasa, metode belajara filsafat dapat melalui hermenetika, dimana hermenetika itu sendiri memiliki dua metode yait intensif dan ekstensif.Kemudian struktur dalam pandangan filsafat adalah bahwa filsafat merupakan icon materialismyang semua hal diturunkan dari hal tersebut dan kemudian menjadi pusatnya (center).Sehingga perlu hati-hatidalam penggunaan definisi seperti; humanisme yang memiliki arti berbeda jika dipandang dari sisi psikologi atau sisi filsafat.Humanisme dalam psikologi berarti kemanusiaan namun jika dalam filsafat berarti pusat atau center icon yang bisa berbeda dengan spiritual seperti tidak mengakui adanya Tuhan.Ism berarti pusat, jika structuralism maka maknanya adalah pusat struktur atau dunia dipandang sebagai sebuah struktur. Seperti bahasa juga memiliki kondisi yang sama, terdapat  filsafat bahasa yang sudah ada sejak zaman Yunani kuno. Adapun bahasa orang awam (common sense), bahasa yang terikat dengan masyarakatnya, bahasa dengan budayanya..




Minggu, 23 Oktober 2016

Riska Ayu Ardani
16709251021
Pendidikan Matematika Kelas B PPS UNY 2016


MENELAAH DUNIA MELALUI FILSAFAT ILMU


FILSAFAT ILMU ( 5 September 2016 )
Perjalanan hidup terasa begitu signifikan berubah, saat ini di waktu hampir senja dan di ruang kuliah, bersama para pembelajar bersemangat menerima perkuliahan Filsafat Ilmu yang diampu oleh Prof. Marsigit. Pada permulaannya bapak Marsigit menjelaskan bahwa di perkuliahan filsafat ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, pada level pendidikan S1, S2 dan S3 terletak beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut dapat diuji dan dilihat dari kurikulum kualifikasi nasional Indonesia (KKNI).
Bapak Marsigit membuat strategi untuk setiap orang yang diajak berkomunikasi, karena menurut pandangan beliau filsafat itu prerequisite (prasyaratnya) berupa pengalaman. Sedangkan pengalaman sendiri sangat luas, jadi tidak ada spesifik tertentu, atau konsep tertentu yang mendahului dan sebagainya  itu bersifat tidak ada. Jika kita ingin pergi ke pasar terlebih dahulu atau ke bank dahulu itu adalah sesuatu yang bersifat kontekstual, tidak ada konsep bahwa untuk pergi ke bank prasyaratnya harus ke pasar terlebih dahulu atau sebaliknya itu tidak ada, seperti itulah kira kira gambaran filsafat. Hal lainnya hanya berupa kedalaman dan intensitasnya saja.
Prerequisite dalam belajar filsafat yang merupakan sebuah pengalaman mengakibatkan munculnya beberapa asumsi dan asumsi-asumsi tesebut perlu diketahui bersama. Karena perkuliahan yang  memiliki waktu yang terbatas dan ruang yang terbatas maka bapak Marsigit mencoba untuk mengambil peran tetapi tidak berarti mengurangi atau menghilangkan peran mahasiswa, tetapi menambah bahkan melebih-lebihkan peran mahasiswa. Jika waktu perkuliahan lebih banyak dimanfaatkan oleh bapak Marsigit untuk mengajar, hal ini menjadi sesuatu yang tidak baik. Faktanya, sebagian dari kita memiliki persepsi yang berbeda beda. Oleh karena itu, jika perkuliahan hanya berlangsung pada rentang saat ini, dan tidak ada yang lain, jika dilihat dari sisi waktu dan jika Bapak Marsigit adalah guru yang otoriter, berarti waktu yang ada akan digunakan semua oleh beliau.
Keadaan tersebut adalah reduksi, yang kemudian bapak Marsigit sederhanakan bahwa hidup ini dari  pemanfaatan waktu saja. Tetapi hidup tidak seperti itu, tidak hanya masalah uang saja, tidak hanya masalah waktu saja, tidak hanya kekayaan saja. Bapak Marsigit menyarankan agar kita perlu mencari waktu yang lain supaya kita memiliki waktu selain dari perkuliahan ini. Masing-masing independen, merdeka antara satu dengan yang lain. Jadi, peran mahasiswa dapat dioptimalkan pada suasana dan tempat tertentu dimana mahasiswa bisa merdeka berbicara, berpikir, dan sebagainya selain ditempat ini. Strategi perkuliahan yang ditawarkan oleh bapak Marsigit adalah membaca semua elegi dan meninggalkan jejak di dalam setiap elegi tersebut. Belajar adalah sesuatu yang merdeka, dan secara prosedur dan sifatnya adalah demokratis bagi pembelajar filsafat ilmu ini untuk mencari sebuah makna dan nilai yang berbeda tetapi masih dalam struktur yang sama.
Selanjutnya dapat dilihat di....
Menelaah Dunia Melalui Filsafat Ilmu


Jumat, 07 Oktober 2016

BERFIKIR MELALUI FILSAFAT

Refleksi pertemuan ke 4 (Senin, 3 Oktober 2016)
Direfleksikan oleh : Riska Ayu Ardani (16709251021)
Diperbaiki oleh : Marsigit


Bismmillahirahmanirrahim,
Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Pertemuan ke 4 kuliah Filsafat Ilmu ini dijalani dengan niat dan semangat yang luar biasa demi mendapatkan sebuah harafiah dan nilai tentang segala sesuatu dalam kehidupan, meskipun perkuliahan ini berakhir hingga hampir senja. Setiap proses yang terdapat dalam pembelajaran Bapak Marsigit, menurut sudut pandang saya semua memiliki arti dan nilai. Seperti halnya, perkuliahan ini diawali dengan 50 soal tanya jawab singkat, memberikan pehaman bahwa belajar tak terbatas waktu dan terutama tak dibatasi oleh hati, ikhlas. Setiap nilai 0 yang saya dapatkan, semakin timbul rasa semangat saya untuk terus belajar dan ikhlas menjalankannya. Kemudian saya memahaminya kembali, ternyata bukan nilai angka yang saya dapatkan melainkan nilai kehidupan melalui belajar filsafat ini.

Perkuliahan ini dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang pertama kali diawali dengan pertanyaan dari Sdra Budiyanto “Bagaimana filsafat memandang kejadian Hipnotis”.  Kemudian Bapak Marsigit menjelaskan kepada kami bahwa hipnotis bukan sesuatu yang rumit, karena hipnotis bukan sesuatu yang memiliki rumus. Seperti seseorang yang bermain kuda lumping mereka merasa tidak sadar melakukan gerakan gerakan. Hal tersebut dikarenakan terjadi gangguan jiwa yang dipengaruhi oleh intuisi tertentu, dimana intuisi satu menutup intuisi yang lain dan imbasnya akan memunculkan gejala tertentu. Manusia memiliki milyaran intuisi yang ada dan mungkin ada. Seseorang yang dihipnotis tidak akan bisa menjelaskan mengapa hal ini terjadi pada dirinya. Terdapat sebuah reduksi baik dunia membaca, dunia bersenang senang, dunia berpikir dan sebagainya menjadi dunia hipnotis yang didalamya berirama, terdapat suara bertalu talu, kemudian doa doa yang menciptakan suasana untuk menarik intuisi.

Pertanyaan kedua oleh Sdri Azma “ Apakah bapak setuju dengan metode saintifik?”. Bapak Marsigit menjawab bahwa dalam filsafat bukan mengenai tentang setuju dan tidak setuju. Filsafat mengenai seberapa jauh kita menjelaskan metode saintifik. Sehingga sebenar benarnya filsafat adalah penjelasan itu. Jika kita bersih kukuh dengan apa yang diyakini maka muncul mitos, jika merasa sangat jelas sekali maka muncul mitos, dan jika fanatik maka terjebak dalam ruang dan waktu yang begitu gelap menurut filsafat. Metode saintifik merupakan salah satu dari ribuan metode yang ada dan mengapa kita hanya memilih satu dan menjadi fanatik.

Pertanyaan ketiga “ Bagaiamana kritera seseorang yang dikatakan berhasil dalam menuntut ilmu?”. Menurut Bapak Marsigit setiap saat orang berhasil dan setiap saat orang mengalami kegagalan.  Seseorang mungkin hanya tidak merasa,  jika hanya merasa berhasil maka seseorang tersebut merugi separuh dunia karena ia tidak menyadari kegagalannya. Begitu pula sebaliknya jika hanya merasa gagal maka ia akan merugi separuh dunia karena tidak menyadari pula keberhasilannya. Jadi filsafat berusaha untuk adil, seimbang, sedalam dalamnya, dan seluas luasnya.

Pertanyaan keempat “ Bagaiamana konsep siap menurut filsafat?” oleh Sdri Ika. Jawaban Bapak marsigit: Siap menurut filsafat adalah sesuatu yang berhubungan dengan refleksi diri untuk kedepan. Jadi dikatakan siap apabila kita memiliki refleksi diri untuk kedepan. Kemudian sifat tersebut diturunkan menjadi semi psikologi berupa komunikasi. Persiapan adalah sejatinya berupa komunikasi internal yang terdapat di dalam diri kita. Kemudian diturunkan lagi menjadi readiness yang merupakan sesuatu yang penting dalam unsur psikologi. Kesiapan juga mengandung unsur lain berupa timeline, yang artinya berjalannya potensi dan ideal. Sehingga kesiapan juga merupakan bagian daripada endortika dan ternyata tiadalah kesiapan itu yang bersifat tetap dan berhenti walaupun kesiapan dalam keadaan berjalan. Sebenar benarnya kesiapan adalah berhementika.  Jika kita merasa bahwa kita sudah sangat siap, itu adalah mitos karena yang ada hanya sedang melakukan persiapan yang tidak ada akhirnya karena akhir juga adalah mitos. Tiada sebenar benarnya akhir kecuali akhir absolute, itulah dogma agama. Meskipun ada akhir absolute, masih akan diteruskan.

Pertanyaan kelima dari Sdri Fatiyah “Bagaimana filsuf memandang surga dan neraka jika tidak ada benar dan salah?” Bapak Marsigit menjelaskan bahwa sesungguhnya terdapat metodologi etik estetika dalam filsafat. Jadi misalkan kategori benar, baik dan indah jika dikombinasikan akan menjadi sangat banyak jika diekperimenkan: benar baik dan indah, benar baik dan tidak indah, benar tidak baik dan indah, benar tidak baik dan tidak indah demikian seterusnya seperti ini contoh berfilsafat yang merupakan hakekat etik dan estetika. Etik mencerminkan sifat baik buruk, estetika mencerminkan keindahan, epistimologi mengenai benar dan salah, dan ontologi adalah hakekatnya. Jika kita bersih kukuh memandang tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah, maka kita akan terjebak di dalam ruang waktu yang gelap. Oleh karena itu, munculkan sifat sintesis, yaitu mampu bertanya. Sehingga itulah pikiran, benar dan salah didalam pikiran. Sebagai contoh 2+2 =4 benar atau salah. Jika modulonya berbasis 3 pertanyaan tersebut bisa jadi salah. Sehingga benar dan salahnya tergantung oleh ruang dan waktu, karena ini hanya sekedar pikiran tidak mengenai surga dan neraka. Benar dan salah adalah domain pikiran, sedangkan surga dan neraka adalah domain hati.

Pertanyaan keenam, “Bagaimana pengaruh filsafat terhadap perkembangan teknologi?’. Bapak Marsigit pernah menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara filsafat dengan perkembangan teknologi yang dijelaskan melalui kisah Resi Gutawa. Konon dahulu terdapat kisah cerita mengenai Resi Gutawa, Resi yang maha sakti. Sakti berarti kata kata yang diucapkan bisa menjadi kenyataan. Pada jaman dahulu hubungan antara ucapan dan kenyataan adalah resi. Resi Gutawa memiliki istri yang sangat cantik, Dewi Windarti, karena sangat cantiknya para Dewa merasa ingin memilikinya. Kemudian ada seorang Dewa yang memiliki cupumanit astgina yang diberikan kepada Dewi Windarti. Dewi merasa sangat tertarik dengan benda tersebut, meskipun tidak mengerti apa arti benda tersebut. Karena merasa sangat tertarik dengan benda tersebut, Dewi melupakan tanggung jawabnya dan lupa kepada perintah sang Resi. Resi kemudian marah dan bertanya “Wahai istriku, kamu sedang bermain apa, mengapa ditanya diam saja?” dan Dewi masih diam saja terhadapa semua pertanyaan yang dilontarkan Resi untuknya. Resi kemudian mengutuk istrinya menjadi patung. Kemudian Resi mengambil cupumanit tersebut, sementara istrinya menjadi patung dan dilemparkan jatuh ke Bengawan, sungai besar. Ketiga anak Resi dua pria dan satu wanita berhari hari mencoba mencari benda tersebut hingga berubah wujud saat terjatuh kedalam sungai menjadi kera. Intisari dari kisah ini adalah apa yang terjadi di masa kini adanya  pemanfaat yang tidak tepat kecanggihan teknologi salah satunya menjadikan seseorang fanatik dan berlebihan dalam menggunakannya. Ternyata sangat jelas bahwa kejadian tersebut sudah sampai ke dunia temporer untuk membuat patungisasi masyarakat dan memasyarakatkan patung. Kita semua telah menjadi patung patungnya di kehidupan kontemporer, jika kita memiliki tapi tidak mengerti, atau memiliki namun tidak menggunakannya secara bijaksana. Berubah wujudnya sang Dewi yang dikutuk menjadi patung dan ketiga anak Resi menjadi kera memberikan makna apa yang terjadi pada manusia kini yang berubah dan tak merasakan perubahan itu.


Sebelum perkuliahan diakhiri, Bapak Marsigit memberikan nasehat kepada kami bahwa dalam berfikir filsafat pun ada batasnya, tidak perlu berfikir jauh dan berfikirlah apa yang ada di sini karena dunia pun ada di sini.